TRADISI
NGARAK PENGANTIN SUNAT
Penulis
mengamati keluarga sederhana di Desa Sinangohprendeng, dari keluarga tersebut
penulis bisa memperoleh data- data tentang sunatan.
Pertama- tama keluarga mendatangi seorang yang ahli
petungan jawa untuk menentukan hari baik anak laki-laki tersebut disunat. Dalam
jawa, hal ini disebut petungan.
Sebelum hari itu tiba, dilaksanakan
‘aum’ ( slametan ) agar acara sunatan tersebut berjalan dengan lancar. Aum tersebut
yaitu sebagai penanda akan mempunyai hajat dan memberikan nasi golong untuk
para tetangga.. untuk memberitahukan bahwa orang tersebut akan mempunyai hajat,
maka ada undangan untuk para tetangga untuk ‘kondangan’.
Tradisi untuk ‘kondangan’ dilakukan oleh
para tetangga dan kerabat dengan mendatangi rumah orang yang mempunyai hajat.
Kemudian tamu tersebut dijamu oleh tuan rumah dengan hidangan yang enak,
biasanya lontong opor, soto dll. Acara kondangan tersebut berlangsung selama 2
hari sebelum acara sunatan di gelar.
Menjelang hari sunatan, anak diajak ke
kekuburan leluhurnya untuk membersihkan makam saudaranya yang telah meninggal.
Dan di malam harinya, para anak- anak kecil teman sebayanya mengunjungi
rumahnya untuk melakukan ‘entre’. Entre ini sama halnya dengan ‘kondangan’.
Hanya saja beda namanya.
Paginya setelah entre, anak yang akan disunat didandani seperti penganti laki-laki
kecil, dengan menggunakan beskap dan jarit serta blangkon. Hingga wajahnya juga
ikut di make-up.
Setelah itu, diantar ke Pak Mantri untuk di
sunat. Sunatan yang dilakukan ini memakan waktu yang relatif sedikit
dikarenakan teknologi semakin canggih. Dan sunat dilakukan dengan menggunakan
laser.
Setelah sunat selesai, anak laki – laki
tersebut diarak keliling desa dengan menggunakan becak. Dengan diiringi oleh
barongan dan kuda lumping. Barongan dan kuda lumping ini masih dilestarikan
dengan baik oleh warga Desa Sinangohprendeng dan ada jadwal latihannya setipa
malam kamis.
Barongan dan kuda lumping tersebut
diiringi dengan ‘terbangan’ yang mengumandangkan lagu-lagu islam dan lagu-lagu
jawa. ini terlihat sekali perpaduan antara budaya jawa dan budaya islam (
akulturasi budaya )
Setelah sampai dirumah, anak laki- laki
tersebut diturunkan dari becak dan langsung ‘dipapas’ dengan menggunakan
blengke yang dioleskan di jidatnya.
Pada waktu mapas, anak tersebut
diperbolehkan makan yang enak-enak seperti ayam, telor, daging dll sebelum
dilarang untuk memakannya demi proses penyembuhan yang cepat.
Anak yang disunat didudukkan di pakde-pakde
yang telah disediakan sambil mengahadap tong atau kaleng sebagai ‘pecingan’
sambil menonton pertunjukan barongan dan kuda lumping tersebut.
Setelah selesai pertunjukan tersebut
dilakukan walimahan, bapak- bapak berkumpul untuk mendoakan agar anak tersebut.
Dan diakhir acara diberikan berkat sebagai ucapan rasa terima kasih karena
sudah mau hadir.
Disini terdapat beberapa pergesaran
budaya yang dapat penulis amati dari hasil wawancara dengan Bapak Cari. Bahwa
di jaman dahulu sebelum anak laki- laki di sunat harus berendam dulu dikali,
hal ini dilakukan supaya alat kelaminnya mudah untuk disunat. Dan pada saat
‘entre’ biasayanya anak- anak tersebut menginap di rumah anak yang akan di
sunat tersebut guna menemaninya dan mengantarkan ke dukun sunat keesokan
harinya.
Jaman dahulu proses sunatanpun berbeda.
Dengan menggunakan welad untuk mengirisnya.
Yang masih dipertahankan di masyarakat desa Sinangohprendeng yaitu acara
hajatannya dengan mengundang para tetangga dan kerabat dan pertunjukan barongan
dan kuda lumping sebagai tontonan. Dan juga sebgai wujud kecintaan warga
Sinangohprendeng akan budaya jawa.
SRUKTUR
PELAKU
Pelaku yang terdapat dalam tradisi sunatan adalah
1. Anak yang disunat
2. Orang tua
3. Penari galak lumping
4. Penabuh terbang
5. Masyarakat
SIMBOL
Ubarampe yang dibutuhkan untuk acara sunatan cukup
sederhana.
Untuk acara aum dibutuhkan nasi golong minimal 7 buah.
Yang isinya yaitu :
1. Nasi putih
2. Ayam goreng
3. Urapan
4. Telor
5. Kerupuk
6. Kering tempe
Golong yang digunakan dalam aum maknanya untuk
mengabarkan kabar gembira kepada tetangga bahwa akan mempunyai hajat.
Untuk menjamu tamu undangan sesuai dengan kondisi ekonomi
keluarga tersebut. Tetapi di desa Sinangohprendeng menjamu tamunya dengan soto
taoto yang merupakan makanan khas Pekalongan.
Untuk oleh –oleh atau berkat yang sudah kondangan
diberikan mie atau beras, gula dan teh dan ada juga yang memberikan berkat
nasi. Berkat nasi ini sama dengan berkat nasi pada waktu aum.
Untuk walimahan yang dibutuhkan yaitu :
1. berkat untuk dibagikan kepada bapak-bapak yang sudah
hadir slametan. Dikarenaka pengaruh globalisasi, berkat yang semula nasi putih
diganti dengan roti. Maknanya yaitu sebagai wujud rasa syukur terhadap yang
kuasa setelah anaknya disunat. Berkat tersebut kemudian dibagikan kepada para
tetangga.
NILAI ESTETIK
Nilai estetik yang ada pada tradisi
sunatan di desa Sinangohprendeng terdapat dalam pertunjukan seni galak lumping.
Dimana ada penari yang menunggang kuda lumping, barongan dan terbangan.
Penari kuda lumping ini tidak sadar
atau kesurupan. Sehingga bisa memakan padi atau gabah ataupun dedaunan yang
lain seperti daun singkong, daun pepaya, bahkan beling.
Selain itu ada barongan yang berbentuk
seperti singa yang menari-nari sambil menakuti para penonton yang mengikutinya.
Sedangkan di belakang barisan ada bapak-bapak yang mengiringi pertunjukan
tersebut dengan lagu-lagu jawa serta islam.
NILAI KULTURAL
Niai
kultural yang terdapat dalam tradisi sunatan yaitu walaupun orang yang
mempunyai hajat tidak menyebar undangan, tetapi tetangga-tetangga tetap
membantu dengan memberikan beras, gula, teh dll.
NILAI AGAMA
Dalam
agama islam, sunatan itu diwajibkan. Maka terdapat nilai agama didalam tradisi
sunatan tersebut.
TRADISI NGARAK PENGANTIN
SUNAT
Pengantin sunat adalah anak kecil yang disunat didandani
layaknya seorang pengantin pria. Dengan menggunakan beskap, blangkon dan jarit.
Wajahnya juga ikut di make up.
Arak-arakan ini, bertujuan untuk melestarikan kesenian galak
lumping yang ada di desa Sinangohprendeng. Selain itu juga sebagai bentuk rasa
syukur kepada yang Maha Kuasa, karena anaknya sudah disunat.
Tata cara diadakannya tradisi ngarak penganti yaitu sebagai
berikut
1. anak dimake up terlebih dahulu. Didandani layaknya seorang
pengantin
2. prosesi sunatan. Anak dibawa ke mantri.
3. Setelah anak disunat, anak tersebut menghampiri galak
lumping yang sudah bersiap di ujung jalan. Seumpama di perempatan jalan atau
pertigaan jalan. Biar bisa mengelilingi rumahnya.
4. Sebelumnya para penari galak lumping dimasuki roh terlebih
dahulu oleh pawangnya. Pemasukan roh ini istilahnya yaitu diwatek.
5. Setelah itu, para penari galak lumping berjalan pada barisan
pertama, diawasi oleh seorang pawang
6. Barisan kedua adalah barongan
7. Barisan ke tiga adalah orang terbangan.
Orang terbangan ini mengiringi barongan dan galak lumping
dengan lagu-lagu islami yang bernada jawa barat.
“Alluma sholli wa salim alaa, sayidina wa maulana
muhammadin” dengan nada es lilin.
8. Setelah mengitari
rumahnya, maka barongan dan galak lumping tersebut berhenti. Melakukan
atraksi-atraksi. Galak lumping memakan beling, gabah, manjat-manjat pohon.
Barongan beratraksi seperti barongsai.
9. Setalah dirasa cukup, galak lumping di watek lagi oleh
pawangnya. Diambil roh-rohnya hingga orang yang kemasukan roh tersebut lemas.
1. Setelah itu, ada proses slametan. Bapak-bapak terbangan
berserta yang memainkan galak lumping dan barongan beserta para tetangga
mendoakan si anak agar menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua,
berguna bagi agama, nusa dan bangsa
0 komentar:
Posting Komentar